coba dulu

Jumat, 26 Februari 2010

PERSELISIHAN AWAL PERCINTAAN ( REVISI )


Oleh Qoni isma M


Benci dan Cinta itu memang sedikit perbedaannya, kadang kita bilang cinta pada seseorang padahal kita belum sepenuhnya yakin kalau cinta itu bener-bener datang dari lubuk hati kita, kita masih ragu apakah orang itu bisa membahagiakan atau malah menyakiti kita. Terkadang kita bilang benci sama orang, tapi sebenernya dalam hati kita mencintai dia, walaupun cinta itu tidak terlihat secara jelas. Tapi lama kelamaan cinta itu pasti akan muncul dengan sendirinya tanpa kita sadari.

Entah mengapa akhir-akhir ini aku selalu membayangkan wajah Rifky, anak kelas XI bahasa, dia adalah musuh bebuyutanku sejak masuk SMA. Dulu setiap aku ketemu sama dia, aku selalu bertengkar sama dia, tapi enggak tahu kenapa sekarang sikap dia berubah sama aku, dia jadi baik banget. Setiap aku ketemu dia, jantung ku berdegup kenceng banget, dan aku selalu Salting (salah tingkah) di depannya, apakah mungkin aku jatuh cinta sama dia?
“Woi… zara nglamun terus!!!.” Teriak Rani mengagetkanku.
“Rani… kamu itu ya ngagetin, untung aku enggak jantungan!!.” Jawabku jengkel
“Maaf deh, lagian siang-siang gini nglamun terus, nanti kesambet setan baru tahu rasa kamu, memang lagi nglamunin apa sih?.” Menatap muka ku.
“Rahasia dong mau tahu aja.” Jawabku singkat.
“iih… masak sih sama teman sendiri aja pakai rahasia-rahasian.” Raya Rani lagi.
“Biarin aja nanti kamu juga akan tau sendiri.” Jawabku terus mengelak dari pertanyaan Rani.
“Ya udah deh kalau enggak boleh. Dah yuk masuk ke kelas mau masuk nih.” Menarik tanganku.
“Ok……..”
Rani adalah sahabat aku sejak masuk SMA, dia tau bener kalau aku benci sama Rifky, dia selalu ada saat aku butuh teman curhat. Walaupun banyak cowok yang menyukainya, tapi sama sekali tidak ada yang diperdulikannya, biasalah dia kan cewek tomboy, tapi tetep aja dia adalah temen aku yang paling… baik.



Waktu terus berjalan, bagiku hari ini jarum jam bergerak sangat lambat. Aku sudah bosan di kelas. Akhirnya waktu pulang sekolah tiba, semua siswa berhamburan keluar dari kelasnya masing – masing, tak terkecuali Rifky. Saat keluar kelas aku betemu dengan dia enggak tau kenapa saat bertemu dia aku bisa berubah baik sama dia.
“Zar…Zara tunggu.” Ujar Rifky
“Ada apa...” Ku menoleh ke arah Rifky.
“Kamu mau enggak pulang bareng sama aku.” Mohon Rifky padaku.
“Pulang sama kamu..?? enggak salah tuh.” Sinisku.
“Ya enggak lah, memang ada yang salah ya dari aku?.” Ucap Rifky yang selalu menatapku.
“Enggak ada sih tapi, tumben aja kamu baik sama aku, biasanya kalau ketemu aku kamu selalu cuek.” Tanyaku penasaran.
“Ya itu kan dulu, sekarang udah beda dong udah gede juga.” Jawabnya
sambil tersenyum padaku.
“Oh….gitu, ya udah ya aku mau pulang dulu .” Ucapku sambil berjalan.
“Mau aku anterin enggak?.” Ucap Rifky sambil menaiki motornya.
“Enggak usah, soalnya aku udah di tungguin Rani.” Jawabku yang masih tetap berjalan.
“Ya udah hati – hati di jalan ya.” Pesan Rifky padaku.


Matahari bersinar begitu terik, Rani terlihat kelelahan menungguku di depan gerbang sekolahan, setelah sampai di sana dia langsung memarahiku karena dia sudah lama sekali menunggu tapi aku tak kunjung keluar.
“Zar kamu itu kemana aja sih, di tungguin dari tadi juga.” Tanya Rani dengan muka kesal.
“Maaf deh tadi aku bertemu Rifky jadi aku ngobrol dulu sama dia.” Jawabku sambil senyam – senyum.
“Apa… Rifki, kamu omongan sama Rifky yang bener?.” Ucap Rani terkejut.
“Ya bener lah masak aku bohong.” Jawabku singkat.
“Katanya kamu benci banget sama dia, masak kamu mau omongan sama dia.” Sahut Rani.
“Bener sih aku benci sama dia tapi itu dulu sekarang udah enggak.”
“Memang tadi kalian ngomongin apa?.” Tanya Rani penasaran.
“Gak banyak kok dia Cuma mau nganterin aku pulang, tapi aku menolak.”
“Dia mau nganterin kamu pulang…??? Kayaknya udah mulai tumbuh benih – benih cinta nih antara kalian berdua.” Goda Rani padaku.
“Apaan sih Ran, ngelantur aja, udah yuk kita pulang aja.” Ajakku.



Malam ini bulan bersinar begitu cerah, begitu pula bintang – bintang yang bertaburan mendampinginya. Aku merebahkan diri di kasur, mencoba melupakan segala sesuatu yang terjadi hari ini. Tiba – tiba aku teringat pada sosok Rifky,,,, dalam hati aku bertanya mungkinkah aku jatuh cinta sama dia? Tapi kayaknya enggak mungkin deh dia kan musuh aku sejak dulu. Tapi……….
” Ih ngapain juga aku mikirin dia, mendingan tidur aja.” Ucapku, lalu ku tertidur lelap.



Hari ini aku ada jadwal piket jadi aku berangkat pagi – pagi. Saat di perjalanan aku melihat Rifky, tapi aku pura – pura aja enggak ngelihat. Tiba – tiba terdengar suara yang memanggilku dari belakang.
“Zara….. tunggu.” Teriak Rifky.
Saat aku menoleh ke belakang ternyata itu adalah Rifky. Aku mempercepat langkahku mencoba menghindar dari penglihatannya.

Akhirnya sampai juga aku di sekolah, setibanya di sana aku langsung melaksanakan piket, setelah itu aku pergi ke kantin untuk sarapan soalnya tadi pagi aku enggak sempat sarapan di rumah. Aku enggak tau apakah hari ini hari sialku atau hari keberuntunganku, karena di kantin aku ketemu lagi sama Rifky, betapa malunya aku saat bertemu dia.
“Zar tadi kamu kok lari sih saat lihat aku, emang di belakang aku ada setan ya,,,.” Tanya Rifky mendekatiku.
“Enggak kok tadi aku lari karena aku ada jadwal piket.” Jawabku mengelak.
“Oh gitu, Zar aku boleh enggak minta no HP kamu.” Ucap Rifky yang membuatku terkejut.
“Emang buat apa?.” Tanyaku.
“Ya biar bisa smsan sama kamu, boleh kan?.”Jawabnya dengan melontarkan senyum padaku.
“Boleh kok nie,,.” Kataku, lalu ku ambil HP dari tasku.
“Makasih, dah dulu ya aku mau balik ke kelas.” Ucap Rifky lalu pergi dari kantin.

Setelah Rifky tau no HP aku dia selalu menghubungiku, dan saat itu juga aku tambah dekat sama dia, aku ngrasa nyaman banget saat ada di dekatnya. Hari ini aku janjian pulang bareng sama dia, di tengah perjalanan Rifky menghentikan langkahku, dia berdiri tepat di dapanku, sumpah aku deg – degan banget saat itu.
“Zar aku boleh ngomong sesuatu enggak sama kamu.” Ucap Rifky gugup.
“Ya boleh lah, emang kamu mau ngomong apa?.” Tanyaku heran.
“Zar aku cinta sama kamu, kamu mau enggak jadi pacar aku?.” Ucap Rifky yang membuatku malu.
“Kamu enggak usah bercanda berlebihan gitu dong, nanti aku jadi kepedean lagi.” Kataku sambil tersenyum padanya.
“Aku enggak bercanda, aku benar – benar cinta sama kamu, kamu mau kan jadi pacar aku?.” Ucap Rifky meyakinkan.
“Ehm………”
“Kamu enggak perlu jawab sekarang, kamu boleh jawab saat kamu sudah memikirkannya matang – matang. Ya udah ya aku pulang dulu. Bye…”
“Rif aku dah punya jawabannya.” Sahutku
“Apa jawabannya?.”
“E…aku mau jadi pacar kamu.” Ucapku tersipu malu.
“Beneran kan Zar, makasih ya makasih… banget.” Ucap Rifky sambil melompat – lompat.

Setelah aku jadian sama Rifky hidup aku menjadi lebih berarti dan juga tambah berwarna, ya walaupun dulunya kita adalah musuh, tapi sekarang kita adalah soulmate sejati.



















1 komentar:

  1. cukup bagus tp perlu di kembangkan lagi dalam penulisan alurnya....

    BalasHapus