coba dulu

Senin, 19 April 2010

HATI YANG KAU SAKITI ( revisi )

Oleh Qoni Ismatul Maula


Najwa Azmi, seorang gadis yang dulunya selalu ceria dan selalu tegar dalam menghadapi semua masalah, kini semua itu berubah 180 derajat, setelah dia berpisah dengan Eza Pratama, cowok yang yang selama ini sangat dia cintai. Kini dia berubah menjadi seorang Najwa yang pendiam dan juga rapuh. Air matanya selalu menetes di kala ia mengingat sebuah janji, janji manis yang pernah diucapkan Eza beberapa bulan silam. Tapi janji itu hanya berakhir di sebuah pengkhianatan, karena Eza akan menikah dengan perempuan pilihan orang tuanya. Dan yang menyakitkannya lagi, resepsi pernikahan Eza bertepatan dengan hari ulang tahun Najwa, yang ke-20. Seharusnya hari itu menjadi hari yang paling bahagia untuk Najwa, tapi takdir berkata lain. Pada hari itu Najwa harus menerima kenyataan yang sangat pahit.

“Najwa,,, bangun sayang!” terdengar suara Mama Najwa membangunkan anaknya
“Iya ma Najwa sudah bangun,” jawab Najwa pelan
“Aduh...anak mama sudah tambah besar nih,” goda Mama Najwa
“Apaan sih mama.”
“Kamu lupa ya, hari ini kan hari ulang tahun kamu yang ke-20,” ucap Mama
“Mana mungkin Najwa lupa, hari ulang tahun Najwa kan bertepatan dengan hari pernikahan Eza,” ucap Najwa dengan meneteskan air mata
“Najwa kamu nangis, ya?”
“Tidak kok, Ma,” jawab Najwa dengan mengusap air matanya
“Tidak apa-apa kalau kamu mau menangis, dan kalau kamu mau bercerita, cerita saja pasti mama akan mendengarkan.”
Najwa tidak bisa lagi menahan air mata yang selalu ingin keluar, langsung saja dia memeluk mamanya dan menangis dengan tiada henti – hentinya.

* * *
Hari ini adalah hari yang sangat bahagia untuk Najwa, pasalnya Eza akan memperkenalkan Najwa pada orang tuanya, betapa girangnya hati Najwa saat itu.

“Wa..kamu sudah siap ketemu orang tua aku?” ucap Eza.
“Siap enggak siap,” jawab Najwa ragu.
“Kenapa enggak siap?” tanya Eza penasaran.
“Aku takut kalau orang tua kamu enggak suka sama aku,” jawab Najwa dengan melirikkan matanya ke arah Eza
“Tenang aja, orang tua aku pasti suka sama kamu, kamu kan cantik...,” goda Eza pada Najwa
“Jangan mulai deh...,” ucap Najwa dengan agak malu
“Iya sayang.”

Setelah 15 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai juga di rumah Eza, rupanya Ibu Eza sudah berdiri di depan pintu.

“Assalamualaikum...” ucap Najwa dan Eza serempak
“Waalaikumsalam, siapa ini Za...” tanya ibu Eza
“Oh iya sampai lupa nih, kenalin bu ini Najwa, pacar Eza.”

Mendengar kata–kata pacar, sikap Ibu Eza berubah pada Najwa.

“Ayo masuk, Wa!” ajak Eza.

Baru beberapa detik duduk, Najwa sudah dihadapkan dengan pertanyaan–pertanyaan Ibu Eza yang tidak masuk akal.

“Kamu kerja...?” ucap ibu Eza dengan ketus
“Tidak, Bu saya masih kuliah,” jawab Najwa pelan.
“Apa? Baru kuliah?” ucap Ibu Eza dengan suara keras.
“Iya, Bu dia masih kuliah, hanya kurang beberapa semester saja dia akan lulus,” ucap Eza membela Najwa.
“Terus kamu bisa masak enggak?”
“Baru mau belajar, Bu.”
“Perempuan kok enggak bisa masak, terus bagaimana dengan suaminya nanti? Kalau orang tua kamu bagaimana dan pekerjaannya apa?” tanya Ibu Eza tanpa perasaan
“Papa dan Mama sudah bercerai 2 tahun lalu, sekarang saya tinggal bersama Mama, dan Mama bekerja sebagai...” belum selesai Najwa berbicara, Ibu Eza langsung memotongnya
“Kalau Papa dan Mama kamu sudah bercerai, berarti keluarga kamu keluarga tidak bahagia ya...?”
“Ibu apaan sih, kasihan kan Najwa,” tutur Eza
“Biarin aja Za, biar dia tahu kalau dia itu tidak pantas untuk kamu, lebih baik kamu menikah saja dengan perempuan pilihan Ibu!” ujar Ibu Eza.

Mendengar kata–kata itu, Najwa tidak bisa lagi menahan air matanya, dia langsung keluar dari rumah Eza dan Eza pun mengejarnya.

“Wa... tunggu, aku mau jelasin semua sama kamu,” ujar Eza.
“Udah Za enggak ada lagi yang perlu di jelasin, semua sudah jelas, ibu kamu enggak suka sama aku!”
“Tapi Wa...?”
“Sudah cukup!” jawab Najwa dengan berlari menghampiri sebuah Taxi.


Kejadian hari itu membuat Najwa sangat terpukul, sampai–sampai dia tidak pernah ke luar dari kamarnya, yang dia lakukan tidak lain hanyalah menangis setiap hari. Dia tidak pernah menerima semua tamu yang datang ke rumahnya, tidak pernah mengangkat telepon dan membalas sms dari semua orang, bahkan dari Eza.

Seminggu kemudian Najwa mendapatkan sepucuk surat dan sebuah undangan pernikahan. Najwa membuka surat itu perlahan–lahan, kemudian dibacanya dengan teliti, ternyata surat itu dari Eza.


Dear Najwa

Halo Wa, gimana kabarnya? Aku harap kamu baik–baik saja. Sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu, atas kejadian beberapa hari lalu. Sungguh aku enggak pernah nyangka kejadian itu akan terjadi, aku benar–benar minta maaf. Aku juga berterima kasih banget sama kamu, karena selama ini kamu sudah memberikan warna dalam hidupku, tapi mungkin kisah kita harus berakhir sampai di sini. Ibuku sudah menjodohkanku pada seseorang dan aku tidak bisa menolaknya. Semoga kamu bisa menemukan lelaki yang lebih baik dari aku.

From
Eza Pratama


Setelah membaca isi surat tersebut, Najwa menjatuhkan air matanya. Dengan bercucuran air mata dia langsung membuka undangan pernikahan itu. Betapa hancur hatinya saat melihat nama Eza Pratama, pada undangan pernikahan tersebut. Najwa tidak pernah menduga, lelaki yang selama ini sangat dia cintai, akan menikah dengan orang lain.

* * *

“Kenapa Ma, semua ini harus terjadi pada aku?” ujar Najwa
“Sabar sayang, mungkin Tuhan lagi menguji kamu.”
“Iya, Ma, tapi Najwa masih cinta sama Eza.”
“Mama tahu, tapi sekarang Eza sudah bukan milik kamu lagi, dia sudah menjadi milik orang lain.”
“Najwa mengerti, tapi bagaimana dengan Najwa sendiri.”
“Sudahlah sayang, lebih baik kamu lupakan saja Eza. Masih banyak lelaki di luar sana yang lebih baik dari dia.”

Akhirnya Najwa pun memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya ke luar negeri, dengan tujuan agar bisa melupakan Eza.

Rabu, 07 April 2010

JANJI MANISMU

Oleh Qoni Ismatul Maula

Najwa Azmi, seorang gadis yang dulunya selalu ceria dan selalu tegar dalam menghadapi semua masalah, kini semua itu berubah 1800 setelah dia berpisah dengan Eza Pratama, cowok yang yang selama ini sangat dia cintai. Kini dia berubah menjadi seorang Najwa yang pendiam dan juga rapuh. Air matanya selalu menetes di kala ia mengingat sebuah janji, janji manis yang pernah diucapkan Eza beberapa bulan silam. Tapi janji itu hanya berakhir di sebuah penghianatan, karena Eza akan menikah dengan perempuan pilihan orang tuanya. Dan yang menyakitkannya lagi, resepsi pernikahan Eza bertepatan dengan hari ulang tahun Najwa, yang ke 20. Seharusnya hari itu menjadi hari yang paling bahagia untuk Najwa, tapi takdir berkata lain. Pada hari itu Najwa harus menerima kenyataan yang sangat pahit.

“ Najwa,,, bangun sayang!” terdengar suara Mama Najwa membangunkan anaknya
“ Iya ma Najwa sudah bangun.” Jawab Najwa pelan
“ Aduh...anak mama sudah tambah besar nih.” Goda Mama Najwa
“ Apaan sih mama.”
“ Kamu lupa ya, hari ini kan hari ulang tahun kamu yang ke 20.” ucap Mama
“ Mana mungkin Najwa lupa, hari ulang tahun Najwa kan bertepatan dengan hari pernikahan Eza.” Ucap Najwa dengan meneteskan air mata
“ Najwa kamu nangis ya?”
“ Tidak kok ma.” jawab Najwa dengan mengusap air matanya
“ Tidak papa kalau kamu mau menangis, dan kalau kamu mau bercerita, cerita saja pasti mama akan mendengarkan.”
Najwa tidak bisa lagi menahan air mata yang selalu ingin keluar, langsung saja dia memeluk mamanya dan menangis dengan tiada henti – hentinya.

* * *

Hari ini adalah hari yang sangat bahagia untuk Najwa, pasalnya Eza akan memperkenalkan Najwa pada orang tuanya, betapa girangnya hati Najwa saat itu.

“ Wa..kamu sudah siap ketemu orang tua aku?” ucap Eza
“ Siap enggak siap.” jawab Najwa ragu
“ Kenapa enggak siap?” tanya Eza penasaran
“ Aku takut kalau orang tua kamu enggak suka sama aku.” Jawab Najwa dengan melirikkan matanya ke arah Eza
“ Tenang aja, orang tua aku pasti suka sama kamu, kamu kan cantik..” goda Eza pada Najwa
“ Jangan mulai deh..” ucap Najwa dengan agak malu
“ Iya sayang..”

Setelah 15 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai juga di rumah Eza, rupanya Ibu Eza sudah berdiri di depan pintu.

“ Assalamualaikum...” ucap Najwa dan Eza serempak
“ Wa’alaikumsalam, siapa ini Za...” tanya ibu Eza
“ Oh iya sampai lupa nih, kenalin bu ini Najwa, pacar Eza.”

Mendengar kata – kata pacar, sikap Ibu Eza berubah pada Najwa.

“ Ayo masuk Wa..” ajak Eza

Baru beberapa detik duduk, Najwa sudah dihadapkan dengan pertanyaan – pertanyaan Ibu Eza yang tidak masuk akal.

“ Kamu kerja..” ucap ibu Eza dengan ketus
“ Tidak bu saya masih kuliah.” Jawab Najwa pelan
“ Apa? Baru kuliah.” Ucap Ibu Eza dengan suara keras
“ Iya bu dia masih kuliah, hanya kurang beberapa semester saja dia akan lulus.” ucap Eza membela Najwa
“ Terus kamu bisa masak enggak?”
“ Baru mau belajar.”
“ Perempuan kok enggak bisa masak, terus bagaimana dengan suaminya nanti? Kalau orang tua kamu bagaimana dan pekerjaannya apa?” tanya Ibu Eza tanpa perasaan
“ Papa dan Mama sudah bercerai 2 tahun lalu, sekarang saya tinggal bersama Mama, dan Mama bekerja sebagai...” belum selesai Najwa berbicara, Ibu Eza langsung memotongnya
“ Kalau Papa dan Mama kamu sudah bercerai, berarti keluarga kamu keluarga tidak bahagia ya..?”
“ Ibu apaan sih, kasihan kan Najwa.” tutur Eza
“ Biarin aja Za, biar dia tau kalau dia itu tidak pantas untuk kamu, lebih baik kamu menikah saja dengan perempuan pilihan Ibu.” ujar Ibu Eza

Mendengar kata – kata itu, Najwa tidak bisa lagi menahan air matanya, dia langsung keluar dari rumah Eza dan Eza pun mengejarnya.

“ Wa... tunggu, aku mau jelasin semua sama kamu.” Ujar Eza
“ Udah Za enggak ada lagi yang perlu di jelasin, semua sudah jelas, ibu kamu enggak suka sama aku.”
“ Tapi Wa...”
“ Sudah cukup..” jawab Najwa dengan berlari menghampiri sebuah Taxi


Kejadian hari itu membuat Najwa sangat terpukul, sampai – sampai dia tidak pernah keluar dari kamarnya, yang dia lakukan tidak lain hanyalah menangis setiap hari. Dia tidak pernah menerima semua tamu yang datang ke rumahnya, tidak pernah mengangkat telepon dan membalas sms dari semua orang, bahkan dari Eza.
Seminggu kemudian Najwa mendapatkan sepucuk surat dan sebuah undangan pernikahan. Najwa membuka surat itu perlahan – lahan, kemudian dibacanya dengan teliti, ternyata surat itu dari Eza.


Dear Najwa

Halo Wa, gimana kabarnya? Aku harap kamu baik – baik saja. Sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu, atas kejadian beberapa hari lalu. Sungguh aku enggak pernah nyangka kejadian itu akan terjadi, aku benar – benar minta maaf. Aku juga berterima kasih banget sama kamu, karena selama ini kamu sudah memberikan warna dalam hidupku, tapi mungkin kisah kita harus berakhir sampai disini. Ibuku sudah menjodohkanku pada seseorang dan aku tidak bisa menolaknya. Semoga kamu bisa menemukan lelaki yang lebih baik dari aku.

From
Eza Pratama


Setelah membaca isi surat tersebut, Najwa menjatuhkan air matanya. Dengan bercucuran air mata dia langsung membuka undangan pernikahan itu. Betapa hancur hatinya saat melihat nama Eza Pratama, pada undangan pernikahan tersebut. Najwa tidak pernah menduga, lelaki yang selama ini sangat dia cintai, akan menikah dengan orang lain.

* * *

“ Kenapa Ma, semua ini harus terjadi pada aku?” ujar Najwa
“ Sabar sayang, mungkin Tuhan lagi menguji kamu.” Tutur Mama Najwa
“ Iya Ma, tapi Najwa masih cinta sama Eza.”
“ Mama tau, tapi sekarang Eza sudah bukan milik kamu lagi, dia sudah menjadi milik orang lain.”
“ Najwa mengerti, tapi bagaimana dengan Najwa sendiri..”
“ Sudahlah sayang, lebih baik kamu lupakan saja Eza. Masih banyak lelaki di luar sana yang lebih baik dari dia.”

Akhirnya Najwa pun memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya ke luar negeri, dengan tujuan agar bisa melupakan Eza.

Rabu, 17 Maret 2010

SERPIHAN KENANGAN ( Revisi )

Oleh Qoni Isma M

Entah kenapa akhir – akhir ini, aku merasa enggak nyaman sama Reza, cowokku. Aku merasa ada yang berubah dari dia.Aku juga merasa bersalah banget sama Furi sahabatku karena aku tidak percaya dengan ucapannya tentang Reza, aku menjauhi dia karena aku menganggap dia telah berbohong mengenai Reza yang katanya playboy. Benarkah itu...?

“please, Isma… percaya sama aku …aku ngomong yang sebenarnya, kalau kamu enggak percaya tanya saja sama semua cewek di kampus ini, pasti semua akan jawab seperti aku.”
“Katanya kamu akan bahagia jika melihat sahabatmu ini bahagia mana buktinya?.”
“Iya aku tau Is…tapi Reza itu enggak baik buat kamu.”
“Terus yang baik untuk aku itu apa?”
“Yang baik untuk kamu adalah, kamu harus menjauhi Reza, dan mencari cowok yang lebih baik dari dia.”
“Sudahlah aku itu udah besar jadi aku tau mana yang salah dan mana yang benar untuk aku, jadi kamu enggak usah ikut campur dengan urusan aku.”
“Tapi Is...”
“Udah deh aku sudah bosan dengan semua ocehan kamu, mendingan kamu urusin aja urusan kamu sendiri, dan enggak usah lagi ikut campur urusan aku.”
“Baiklah kalau itu mau kamu, mungkin sekarang kamu enggak tau yang sebenarnya , tapi suatu saat nanti kamu pasti akan tau yang sebenarnya.”

Sejak saat itu aku tidak pernah lagi berhubungan dengan Furi, dia selalu nelefon dan sms aku, tapi sama sekali enggak aku hiraukan, bahkan saat dia datang ke rumahku aku menyuruh pembantuku untuk bilang sama Furi kalau aku enggak ada di rumah, sekarang aku tidak tau lagi dia ada di mana dan baru aku sadari bahwa aku sangat membutuhkannya dalam menghadapi semua masalah yang aku alami.

Ternyata semua yang di omongin Furi benar, aku mergokin Reza bermesra – mesraan sama cewek di café
“Reza…”ucapku dalam hati, tanpa ku duga dia menelfonku dan aku mengangkatnya
“Halo ada apa .. “
“Beb…!” panggilan Reza untukku “Kamu ada di mana ..?
“ Aku ada di….” belum selesai aku menjawab dia langsung memotong pembicaraanku
“Di rumah kan ..?”
“Enggak aku lagi ada di jalan.”
‘Darimana…..dan sama siapa?”
“Dari mall dan aku sendiri” ku menjawab dengan suara lirih
“Beb kamu sakit ya…kok suaramu agak berbeda dari biasanya”
“Iya aku lagi sakit, sakit hati” jawabku membentak dan langsung ku matikan hp ku

Keesokan harinya saat di kampus Reza menghampiriku dan langsung menarik tanganku, ketika aku sedang asyik ngobrol sama teman – teman ku.
“Apaan sih Za…” Aku melepaskan tanganku dari genggaman Reza
“Kamu itu yang kenapa, kemarin aku nelfon kamu tapi kamu matiin terus.”
“Kamu mau tau alasannya tanya sama diri kamu sendiri.”
Tiba – tiba dia langsung membalas perkataanku yang agak kasar dengan kata – kata manisnya
“Maafin aku sayang… kalau aku punya salah sama kamu”
“Udahlah lupain aja, mungkin aku yang salah lihat.”
“Salah lihat apa,..?”
“Enggak apa – apa kok.”
“Ya udah, kamu ada jam kuliah enggak?”
“Enggak ada emang ada apa.”
“”Jalan yuk.” Reza memegang tanganku dan mengajakku pergi ke café
Setelah sampai di café aku seperti melihat Furi yang duduk sendiri di pojok café
“Furi… itu kan Furi.” ucapku
“Mana enggak ada kok..mungkin kamu salah lihat.”
“Beneran..samperin yuk.”
“Enggak usah ngapain sih kesana, enggak penting juga.” Reza menarikku untuk duduk
“Kenapa sih kamu ngelarang aku ketemu Furi, dia kan sahabat aku, udah lama aku enggak ketemu sama dia dan aku ingin minta maaf sama dia.”
“Kenapa harus Furi, Furi dan selalu Furi yang kamu pikirkan.”
“Kamu kenapa sih jadi nglunjak gitu?”
Saat itu aku melihat Furi keluar dari café langsung saja aku menyusulnya
“Mau kemana..”Tanya Reza
“Mau ngejar Furi lagian aku udah enggak nyaman di sini.”
“Terus mau kamu apa..?”
“Aku mau kita putus..” lalu aku berlari meninggalkan Reza dan berlari mengejar Furi
“Furi…” teriakku sambil melambaikan tangan padanya
“Isma…” jawabnya dengan melalihat aku
Tiba – tiba ada mobil yang melaju dengan kencang dari belakang Furi
“Furi …. Awas..!”
Tak sempat Furi berlari mobil itu sudah berada di belakangnya dan mobil itupun menabraknya, darah berceceran di mana – mana, aku langsung menghampirinya yang tergeletak lemah tak berdaya dengan berlumuran darah di sekujur tubuhnya.
“Furi maafin aku, aku minta maaf karena selama ini aku enggak percaya sama kamu, aku benar – benar minta maaf Fur...”
“I...ya, a..ku sudah maafin kamu dari dulu.” Jawab Furi dengan suara yang tersendat – sendat
“Furi, jangan tinggalin aku, kamu harus bertahan, sebentar lagi ambulance akan datang dan kamu pasti akan selamat.”

Akhirnya ambulance pun datang, tetapi takdir berkata lain belum sempat sampai di rumah sakit Furi sudah menghembuskan nafas terakhirnya. Aku sangat menyesal atas kematian Furi, tapi sebuah penyesalan tidak akan bisa mengembalikan Furi ke dunia ini. Penyesalan tinggalah penyesalan…. Semua sudah terjadi dan tidak mungkin bisa terulang lagi.
“ Have the conquest because increase a friends is more important than the conquest because have love a sweet heart”

MENCOBA TUK SETIA

Waktu terus berjalan
Hari demi haripun berlalu
Begitu pula dengan cintaku
Yang berlalu begitu saja

Ku ingin dia tau
Betapa aku mengintainya
Dan ku ingin dia mengerti
Perasaanku padanya

Mencoba dan terus ku coba
Tuk hanya mencintai dia
Tapi...ada yang lain mencintaiku
Mantan kekasih yang dulu ada di hatiku

Dunia ini memeng banyak pilihan
Tapi... ku hanya ingin tetap setia
Mencintainya...
Menunggu cintanya...

DIANTARA DUA CINTA

Jantungku berdegug kencang
Ketika ia menatapku
Senyum manisnya
Selalu terngiang dalam otakku

Oh... inikah rasanya jatuh cinta
Betapa indahnya jatuh cinta
Namun rasa itu tak hanya untuknya
Ada yang lain yang bersemi di palung hatiku
Ku bimbang, ku tak bisa menentukan

Haruskah ku pilih cinta lamaku
Ataukah cinta yang baru hadir
Dari hatiku yang terdalam
Ku tak ingin ada yang terluka

Biarkanlah semua rasa itu
Ku pendam dalam kalbuku
Dan biarkan waktu yang menentukan
Pilihan cinta terbaik untukku

Kamis, 11 Maret 2010

SERPIHAN KENANGAN

Oleh Qoni Isma M


Entah mengapa akhir – akhir ini, aku merasa tidak nyaman dengan Reza, cowokku. Aku merasa ada yang berubah dari dia. Aku juga merasa bersalah banget sama Furi sahabatku karena aku tidak percaya dengan ucapannya tentang Reza, aku menjauhi dia karena aku menganggap dia telah berbohong mengenai Reza. Katanya playboy.



“Please, Isma… percaya sama aku …aku ngomong yang sebenarnya, kalau kamu enggak percaya tanya saja sama semua cewek di sekolah ini, pasti semua akan jawab seperti aku.”
“Katanya kamu akan bahagia jika melihat sahabatmu ini bahagia,” kupegang bahu Furi
“Iya aku tau Is…tapi Reza itu enggak baik buat kamu.”
“Kamu itu sahabatku bukan sih…”
“Aku hanya ingin yang terbaik buat kamu.”
“Alah… omong kosong.” Ku dorong Furi

Sejak saat itu aku tidak pernah lagi komunikasi dengan Furi, dia selalu nelfon dan sms aku tapi enggak pernah aku hiraukan, bahkan saat dia datang ke rumahku aku menyuruh pembantuku untuk bilang sama Furi kalau aku enggak ada, sekarang aku tidak tau dia ada di mana dan baru aku sadari aku sangat membutuhkannya.

Ternyata semua yang di omongin Furi benar, aku mergokin Reza berdua – duaan sama cewek di café
“Reza…” ucapku dalam hati, tanpa ku duga dia menelfonku dan aku mengangkatnya
“Halo ada apa .. “
“Beb…!.” panggilan Reza untukku “Kamu ada di mana ..?
“ Aku ada di….”
“Di rumah kan ..?”
“Enggak aku lagi ada di jalan.”
‘Darimana…..dan sama siapa?”
“Sendiir aja” ku menjawab dengan suara lirih
“Beb kamu sakit ya…kok suaramu agak berbeda dari biasanya”
“Iya aku lagi sakit, sakit hati” jawabku membentak dan langsung ku matikan hp ku

Keesokan harinya saat di kampus Reza menghampiriku dan langsung menarik tanganku, ketika aku sedang asyik ngobrol sama teman – teman ku.
“Apaan sih Za…” Aku melepaskan tanganku dari genggaman Reza
“Kamu itu yang kenapa, kemarin aku nelfon kamu tapi kamu matiin terus.”
“Kamu mau tau alasannya tanya sama diri kamu sendiri.”
Tiba – tiba dia langsung membalas perkataanku yang agak kasar dengan kata – kata manisnya
“Maafin aku sayang… kalau aku punya salah sama kamu”
“Udahlah lupain aja, mungkin aku yang salah lihat.”
“Salah lihat apa,..?”
“Enggak apa – apa kok.”
“Ya udah, kamu ada jam kuliah enggak?”
“Enggak ada emang ada apa.”
“”Jalan yuk.” Reza memegang tanganku dan mengajakku pergi ke café
Setelah sampai di café aku kayak melihat Furi sedang duduk sendiri di pojok café
“Furi….”
“Mana enggak ada kok..mungkin kamu salah lihat.”
“Beneran..samperin yuk.”
“Enggak usah…” Reza menarikku untuk duduk
“Kenapa sih kamu ngelarang aku ketemu Furi, udah lama aku enggak ketemu sama dia aku kangen banget nih.”
“Kenapa Furi, Furi selalu Furi yang kamu pikirkan.”
“Kamu kenapa sih..?”
Saat itu aku melihat Furi keluar dari café langsung saja aku menyusulnya
“Mau kemana..”Tanya Reza
“Mau ngejar Furi lagian aku udah enggak nyaman di sini.”
“Terus mau kamu apa..?”
“Aku mau kita putus..” lalu aku berlari meninggalkan Reza dan berlari mengejar Furi
“Furi…” teriakku sambil melambaikan tangan padanya
“Isma…” jawabnya dengan melalihat aku
Tiba – tiba ada mobil yang melaju dengan kencang dari belakang Furi
“Furi …. Awas..!”
Tak sempat Furi berlari mobil itu sudah berada di belakang Furi dan mobil itupun menabraknya, darah berceceran di mana – mana aku enggak tega melihat semuanya, orang – orang pun mengeremuni Furi. Tiba – tiba Reza menarik tanganku.
“Ngap[ain sih kamu …kita itu udah putus .. lihat gara – gara kamu aku kehilangan sahabat yang selama ini aku cari.” Ucapku pada Reza dan ku dorong dia hingga terjatuh tak satupun kata keluar dari Reza.

Penyesalan tinggalah penyesalan…. Semua sudah terjadi karena keputusan yang salah aku kehilangan sahabatku.

“ Have the conquest because increase a friends is more important than the conquest because have love a sweet heart”

Jumat, 26 Februari 2010

PERSELISIHAN AWAL PERCINTAAN ( REVISI )


Oleh Qoni isma M


Benci dan Cinta itu memang sedikit perbedaannya, kadang kita bilang cinta pada seseorang padahal kita belum sepenuhnya yakin kalau cinta itu bener-bener datang dari lubuk hati kita, kita masih ragu apakah orang itu bisa membahagiakan atau malah menyakiti kita. Terkadang kita bilang benci sama orang, tapi sebenernya dalam hati kita mencintai dia, walaupun cinta itu tidak terlihat secara jelas. Tapi lama kelamaan cinta itu pasti akan muncul dengan sendirinya tanpa kita sadari.

Entah mengapa akhir-akhir ini aku selalu membayangkan wajah Rifky, anak kelas XI bahasa, dia adalah musuh bebuyutanku sejak masuk SMA. Dulu setiap aku ketemu sama dia, aku selalu bertengkar sama dia, tapi enggak tahu kenapa sekarang sikap dia berubah sama aku, dia jadi baik banget. Setiap aku ketemu dia, jantung ku berdegup kenceng banget, dan aku selalu Salting (salah tingkah) di depannya, apakah mungkin aku jatuh cinta sama dia?
“Woi… zara nglamun terus!!!.” Teriak Rani mengagetkanku.
“Rani… kamu itu ya ngagetin, untung aku enggak jantungan!!.” Jawabku jengkel
“Maaf deh, lagian siang-siang gini nglamun terus, nanti kesambet setan baru tahu rasa kamu, memang lagi nglamunin apa sih?.” Menatap muka ku.
“Rahasia dong mau tahu aja.” Jawabku singkat.
“iih… masak sih sama teman sendiri aja pakai rahasia-rahasian.” Raya Rani lagi.
“Biarin aja nanti kamu juga akan tau sendiri.” Jawabku terus mengelak dari pertanyaan Rani.
“Ya udah deh kalau enggak boleh. Dah yuk masuk ke kelas mau masuk nih.” Menarik tanganku.
“Ok……..”
Rani adalah sahabat aku sejak masuk SMA, dia tau bener kalau aku benci sama Rifky, dia selalu ada saat aku butuh teman curhat. Walaupun banyak cowok yang menyukainya, tapi sama sekali tidak ada yang diperdulikannya, biasalah dia kan cewek tomboy, tapi tetep aja dia adalah temen aku yang paling… baik.



Waktu terus berjalan, bagiku hari ini jarum jam bergerak sangat lambat. Aku sudah bosan di kelas. Akhirnya waktu pulang sekolah tiba, semua siswa berhamburan keluar dari kelasnya masing – masing, tak terkecuali Rifky. Saat keluar kelas aku betemu dengan dia enggak tau kenapa saat bertemu dia aku bisa berubah baik sama dia.
“Zar…Zara tunggu.” Ujar Rifky
“Ada apa...” Ku menoleh ke arah Rifky.
“Kamu mau enggak pulang bareng sama aku.” Mohon Rifky padaku.
“Pulang sama kamu..?? enggak salah tuh.” Sinisku.
“Ya enggak lah, memang ada yang salah ya dari aku?.” Ucap Rifky yang selalu menatapku.
“Enggak ada sih tapi, tumben aja kamu baik sama aku, biasanya kalau ketemu aku kamu selalu cuek.” Tanyaku penasaran.
“Ya itu kan dulu, sekarang udah beda dong udah gede juga.” Jawabnya
sambil tersenyum padaku.
“Oh….gitu, ya udah ya aku mau pulang dulu .” Ucapku sambil berjalan.
“Mau aku anterin enggak?.” Ucap Rifky sambil menaiki motornya.
“Enggak usah, soalnya aku udah di tungguin Rani.” Jawabku yang masih tetap berjalan.
“Ya udah hati – hati di jalan ya.” Pesan Rifky padaku.


Matahari bersinar begitu terik, Rani terlihat kelelahan menungguku di depan gerbang sekolahan, setelah sampai di sana dia langsung memarahiku karena dia sudah lama sekali menunggu tapi aku tak kunjung keluar.
“Zar kamu itu kemana aja sih, di tungguin dari tadi juga.” Tanya Rani dengan muka kesal.
“Maaf deh tadi aku bertemu Rifky jadi aku ngobrol dulu sama dia.” Jawabku sambil senyam – senyum.
“Apa… Rifki, kamu omongan sama Rifky yang bener?.” Ucap Rani terkejut.
“Ya bener lah masak aku bohong.” Jawabku singkat.
“Katanya kamu benci banget sama dia, masak kamu mau omongan sama dia.” Sahut Rani.
“Bener sih aku benci sama dia tapi itu dulu sekarang udah enggak.”
“Memang tadi kalian ngomongin apa?.” Tanya Rani penasaran.
“Gak banyak kok dia Cuma mau nganterin aku pulang, tapi aku menolak.”
“Dia mau nganterin kamu pulang…??? Kayaknya udah mulai tumbuh benih – benih cinta nih antara kalian berdua.” Goda Rani padaku.
“Apaan sih Ran, ngelantur aja, udah yuk kita pulang aja.” Ajakku.



Malam ini bulan bersinar begitu cerah, begitu pula bintang – bintang yang bertaburan mendampinginya. Aku merebahkan diri di kasur, mencoba melupakan segala sesuatu yang terjadi hari ini. Tiba – tiba aku teringat pada sosok Rifky,,,, dalam hati aku bertanya mungkinkah aku jatuh cinta sama dia? Tapi kayaknya enggak mungkin deh dia kan musuh aku sejak dulu. Tapi……….
” Ih ngapain juga aku mikirin dia, mendingan tidur aja.” Ucapku, lalu ku tertidur lelap.



Hari ini aku ada jadwal piket jadi aku berangkat pagi – pagi. Saat di perjalanan aku melihat Rifky, tapi aku pura – pura aja enggak ngelihat. Tiba – tiba terdengar suara yang memanggilku dari belakang.
“Zara….. tunggu.” Teriak Rifky.
Saat aku menoleh ke belakang ternyata itu adalah Rifky. Aku mempercepat langkahku mencoba menghindar dari penglihatannya.

Akhirnya sampai juga aku di sekolah, setibanya di sana aku langsung melaksanakan piket, setelah itu aku pergi ke kantin untuk sarapan soalnya tadi pagi aku enggak sempat sarapan di rumah. Aku enggak tau apakah hari ini hari sialku atau hari keberuntunganku, karena di kantin aku ketemu lagi sama Rifky, betapa malunya aku saat bertemu dia.
“Zar tadi kamu kok lari sih saat lihat aku, emang di belakang aku ada setan ya,,,.” Tanya Rifky mendekatiku.
“Enggak kok tadi aku lari karena aku ada jadwal piket.” Jawabku mengelak.
“Oh gitu, Zar aku boleh enggak minta no HP kamu.” Ucap Rifky yang membuatku terkejut.
“Emang buat apa?.” Tanyaku.
“Ya biar bisa smsan sama kamu, boleh kan?.”Jawabnya dengan melontarkan senyum padaku.
“Boleh kok nie,,.” Kataku, lalu ku ambil HP dari tasku.
“Makasih, dah dulu ya aku mau balik ke kelas.” Ucap Rifky lalu pergi dari kantin.

Setelah Rifky tau no HP aku dia selalu menghubungiku, dan saat itu juga aku tambah dekat sama dia, aku ngrasa nyaman banget saat ada di dekatnya. Hari ini aku janjian pulang bareng sama dia, di tengah perjalanan Rifky menghentikan langkahku, dia berdiri tepat di dapanku, sumpah aku deg – degan banget saat itu.
“Zar aku boleh ngomong sesuatu enggak sama kamu.” Ucap Rifky gugup.
“Ya boleh lah, emang kamu mau ngomong apa?.” Tanyaku heran.
“Zar aku cinta sama kamu, kamu mau enggak jadi pacar aku?.” Ucap Rifky yang membuatku malu.
“Kamu enggak usah bercanda berlebihan gitu dong, nanti aku jadi kepedean lagi.” Kataku sambil tersenyum padanya.
“Aku enggak bercanda, aku benar – benar cinta sama kamu, kamu mau kan jadi pacar aku?.” Ucap Rifky meyakinkan.
“Ehm………”
“Kamu enggak perlu jawab sekarang, kamu boleh jawab saat kamu sudah memikirkannya matang – matang. Ya udah ya aku pulang dulu. Bye…”
“Rif aku dah punya jawabannya.” Sahutku
“Apa jawabannya?.”
“E…aku mau jadi pacar kamu.” Ucapku tersipu malu.
“Beneran kan Zar, makasih ya makasih… banget.” Ucap Rifky sambil melompat – lompat.

Setelah aku jadian sama Rifky hidup aku menjadi lebih berarti dan juga tambah berwarna, ya walaupun dulunya kita adalah musuh, tapi sekarang kita adalah soulmate sejati.