coba dulu

Rabu, 17 Maret 2010

SERPIHAN KENANGAN ( Revisi )

Oleh Qoni Isma M

Entah kenapa akhir – akhir ini, aku merasa enggak nyaman sama Reza, cowokku. Aku merasa ada yang berubah dari dia.Aku juga merasa bersalah banget sama Furi sahabatku karena aku tidak percaya dengan ucapannya tentang Reza, aku menjauhi dia karena aku menganggap dia telah berbohong mengenai Reza yang katanya playboy. Benarkah itu...?

“please, Isma… percaya sama aku …aku ngomong yang sebenarnya, kalau kamu enggak percaya tanya saja sama semua cewek di kampus ini, pasti semua akan jawab seperti aku.”
“Katanya kamu akan bahagia jika melihat sahabatmu ini bahagia mana buktinya?.”
“Iya aku tau Is…tapi Reza itu enggak baik buat kamu.”
“Terus yang baik untuk aku itu apa?”
“Yang baik untuk kamu adalah, kamu harus menjauhi Reza, dan mencari cowok yang lebih baik dari dia.”
“Sudahlah aku itu udah besar jadi aku tau mana yang salah dan mana yang benar untuk aku, jadi kamu enggak usah ikut campur dengan urusan aku.”
“Tapi Is...”
“Udah deh aku sudah bosan dengan semua ocehan kamu, mendingan kamu urusin aja urusan kamu sendiri, dan enggak usah lagi ikut campur urusan aku.”
“Baiklah kalau itu mau kamu, mungkin sekarang kamu enggak tau yang sebenarnya , tapi suatu saat nanti kamu pasti akan tau yang sebenarnya.”

Sejak saat itu aku tidak pernah lagi berhubungan dengan Furi, dia selalu nelefon dan sms aku, tapi sama sekali enggak aku hiraukan, bahkan saat dia datang ke rumahku aku menyuruh pembantuku untuk bilang sama Furi kalau aku enggak ada di rumah, sekarang aku tidak tau lagi dia ada di mana dan baru aku sadari bahwa aku sangat membutuhkannya dalam menghadapi semua masalah yang aku alami.

Ternyata semua yang di omongin Furi benar, aku mergokin Reza bermesra – mesraan sama cewek di café
“Reza…”ucapku dalam hati, tanpa ku duga dia menelfonku dan aku mengangkatnya
“Halo ada apa .. “
“Beb…!” panggilan Reza untukku “Kamu ada di mana ..?
“ Aku ada di….” belum selesai aku menjawab dia langsung memotong pembicaraanku
“Di rumah kan ..?”
“Enggak aku lagi ada di jalan.”
‘Darimana…..dan sama siapa?”
“Dari mall dan aku sendiri” ku menjawab dengan suara lirih
“Beb kamu sakit ya…kok suaramu agak berbeda dari biasanya”
“Iya aku lagi sakit, sakit hati” jawabku membentak dan langsung ku matikan hp ku

Keesokan harinya saat di kampus Reza menghampiriku dan langsung menarik tanganku, ketika aku sedang asyik ngobrol sama teman – teman ku.
“Apaan sih Za…” Aku melepaskan tanganku dari genggaman Reza
“Kamu itu yang kenapa, kemarin aku nelfon kamu tapi kamu matiin terus.”
“Kamu mau tau alasannya tanya sama diri kamu sendiri.”
Tiba – tiba dia langsung membalas perkataanku yang agak kasar dengan kata – kata manisnya
“Maafin aku sayang… kalau aku punya salah sama kamu”
“Udahlah lupain aja, mungkin aku yang salah lihat.”
“Salah lihat apa,..?”
“Enggak apa – apa kok.”
“Ya udah, kamu ada jam kuliah enggak?”
“Enggak ada emang ada apa.”
“”Jalan yuk.” Reza memegang tanganku dan mengajakku pergi ke café
Setelah sampai di café aku seperti melihat Furi yang duduk sendiri di pojok café
“Furi… itu kan Furi.” ucapku
“Mana enggak ada kok..mungkin kamu salah lihat.”
“Beneran..samperin yuk.”
“Enggak usah ngapain sih kesana, enggak penting juga.” Reza menarikku untuk duduk
“Kenapa sih kamu ngelarang aku ketemu Furi, dia kan sahabat aku, udah lama aku enggak ketemu sama dia dan aku ingin minta maaf sama dia.”
“Kenapa harus Furi, Furi dan selalu Furi yang kamu pikirkan.”
“Kamu kenapa sih jadi nglunjak gitu?”
Saat itu aku melihat Furi keluar dari café langsung saja aku menyusulnya
“Mau kemana..”Tanya Reza
“Mau ngejar Furi lagian aku udah enggak nyaman di sini.”
“Terus mau kamu apa..?”
“Aku mau kita putus..” lalu aku berlari meninggalkan Reza dan berlari mengejar Furi
“Furi…” teriakku sambil melambaikan tangan padanya
“Isma…” jawabnya dengan melalihat aku
Tiba – tiba ada mobil yang melaju dengan kencang dari belakang Furi
“Furi …. Awas..!”
Tak sempat Furi berlari mobil itu sudah berada di belakangnya dan mobil itupun menabraknya, darah berceceran di mana – mana, aku langsung menghampirinya yang tergeletak lemah tak berdaya dengan berlumuran darah di sekujur tubuhnya.
“Furi maafin aku, aku minta maaf karena selama ini aku enggak percaya sama kamu, aku benar – benar minta maaf Fur...”
“I...ya, a..ku sudah maafin kamu dari dulu.” Jawab Furi dengan suara yang tersendat – sendat
“Furi, jangan tinggalin aku, kamu harus bertahan, sebentar lagi ambulance akan datang dan kamu pasti akan selamat.”

Akhirnya ambulance pun datang, tetapi takdir berkata lain belum sempat sampai di rumah sakit Furi sudah menghembuskan nafas terakhirnya. Aku sangat menyesal atas kematian Furi, tapi sebuah penyesalan tidak akan bisa mengembalikan Furi ke dunia ini. Penyesalan tinggalah penyesalan…. Semua sudah terjadi dan tidak mungkin bisa terulang lagi.
“ Have the conquest because increase a friends is more important than the conquest because have love a sweet heart”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar